Semakin hari nampaknya semakin sulit mencari pekerjaan di Indonesia.
Terlebih jika kita kurang memiliki skill yang mumpuni.
Perjanjian Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sendiri membuat WNI semakin kesulitan mencari pekerjaan di negeri sendiri.
Hal ini dikarenakan semakin mudahnya warga asing di kawasan ASEAN untuk turut mencari nafkah di Indonesia.
Sering berputus asa, banyak dari masyarakat yang memilih menjadi pengemis.
Hal ini mungkin juga dirasakan oleh Asmidin (61) warga Desa Terus Bentung, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Ia memilih hijrah ke Jakarta sebagai pengemis lantaran profesi lama tidak menjanjikan pemasukan rutin.
Di Pandeglang, Asmidin berprofesi sebagai buruh bongkar muat pasir.
Dan tidak adanya order selama sebulan membuat ia memilih hijrah untuk memenuhi kebutuhannya.
Asmidin menceritakan hal itu kepada Petugas Pelayanan, Pengawasan dan Pengendalian Sosial (P3S) Suku Dinas Sosial Jakarta Barat, Minggu (26/3/2017), melansir laman wartakota.com.
"sebelumnya saya bekerja sebagai buruh bongkar muat pasir di daerah Pandeglang, tapi sudah satu bulan ini tidak ada kerjaan dan saya bingung harus cari uang kemana" katanya.
Pria cukup tua ini terjaring operasi di Jalan Raya Kembangan Utara, siang hari.
Pria ini mengaku kalau mengemis baru dilakukan sekali ini.
Namun pengakuan Asmidin ini terbantahkan lantaran ia beberapa kali terlihat mengemis di lokasi tersebut.
Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Barat, Surya, mengatakan kalau Asmidin mampu meraup Rp 45 ribu hanya dalam 15 menit.
"Itu fantastis juga angkanya," ucap Surya kepada wartakota.com.
Setelah kejadian ini Asmidin dibawa ke Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Kebayoran.
Di sini para pengemis akan diberi pembinaan lebih lanjut.
Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Barat mengajak para warganya untuk tidak menyantuni pengemis.
Ditakutkan kebaikan masyarakat ini membuat para pengemis menjadi malas untuk bekerja formal.
ConversionConversion EmoticonEmoticon